Arsitektur Gedung NIAS Fakultas Kedokteran UNAIR Surabaya

gedung nias

Sejarah panjang perjalanan kedokteran di Surabaya tidak bisa dipisahkan dari NIAS (Nederlandsche Indische Artsen School). Saat ini NIAS menjadi Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga (Unair) Surabaya. Lokasi gedung NIAS berada di di jalan Prof Dr Mustopo, Kelurahan Karangmenajangan, Kecamatan Gubeng, Surabaya. Gedung ini menghadap ke Selatan berhadapan dengan Rumah Sakit Dr. Soetomo.


Bangunan NIAS bergaya arsitektur Indish, dengan ciri bangunan simetri. Pintu utama melengkung setengah lingkaran. Bentuk atapnya mengadopsi gaya Eropa, tetapi tetap berpijak sebagai bangunan tropis-basah dengan atap yang tinggi dan bukaan untuk sirkulasi yang lebar.

Arsitektur Gedung NIAS dan STOVIT

Gedung NIAS dibangun pada 1921-1922 oleh Wiemans, seorang arsitek BOW (Burgerlijke Openhari Werken) salah satu kantor Pemerintah Kolonial Belanda yang mengelola masalah pembangunan gedung-gedung negara.

Walaupun ciri bangunan ini tidak menunjukkan arsitektur Eropa modern, tetapi kualitasnya lebih baik. Para arsitek BOW mempergunakan teknologi modern dengan memanfaatkan bahan-bahan lokal dan memperhitungkan iklim tropis.

Kelebihan lain dari bangunan Belanda di Indonesia adalah cara peletakkan bangunan yaitu memperhatikan lingkungan dan tata ruang perkotaan secara menyeluruh. Konsep bangunan dengan “perletakkan mundur” terlihat pada jarak pandang seseorang untuk dapat menikmati keseluruhan bangunan.

Artinya ada nilai seni bangunan lain yang diperhitungkan yaitu perbandingan antara tinggi bangunan dengan jarak orang yang melihat.

Bentuk bangunan NIAS menggambarkan bentuk semetri untuk menambah kesan monumental. Gaya arsitektur kolonial Indisch sangat melekat pada bangunan ini.  Hal ini dapat dilihat dari bentuk pintu utama setengah lingkaran atau lengkung pada bagian atas. Ciri lain adalah bentuk atap gedung moft sebagai ciri atap bangunan Eropa dengan langit-langit tinggi.

Ventilasi terbuat dari jendela besar dan bentuk lubang-lubang kecil persegi empat di atas jendela dimaksudkan untuk membuat rotasi udara yang baik. Sirkulasi udara mengalir dengan nyaman. Ciri lain bangunan tropis-basah di zaman kolonial adalah adanya selasar teras yang panjang, yang berfungsi sebagai filter sinar matahari langsung dan tempias air hujan, menjadi perhatian utama dalam struktur bangunan Belanda.

Luas bangunan NIAS adalah 6,684 meter persegi, terbuat dari bahan bangunan yang ada di daerah setempat dengan menyesuaikan kondisi iklim tropis, misalnya terdiri dari batu andesit sebagai bahan fondasi, batu bata sebagai bahan dinding/tembok, tegel hitam sebagai lantai dengan ukuran 20 x 20 centimeter, semen, kapur dan pasir, besi serta kayu.
Sementara untuk  relief dinding tidak terdapat pada bangunan ini, hanya hiasan lampu besar yang terletak di ruang tengah yang dipergunakan sebagai tempat pertemuan. Pada ruang-ruang kecil tempat perkualiahan lantainya dibuat bertingkat dengan posisi terendah ada di depan dan tertinggi pada barisan belakang.

Baca juga Revolusi Gaya Arsitektur dalam Evolusi Kebudayaan

Fungsi bangunan gedung NIAS secara umum sebagai tempat proses belajar mengajar bagi mahasiswa yang bercita-cita menjadi dokter inlander serta sebagai kelanjutan dari pendidikan Dokter Jawa.

Keinginan untuk melanjutkan pendidikan kejenjang lebih tinggi bagi penduduk bumiputra sering terhambat, karena stratifikasi yang dibuat oleh pemerintah kolonial. Pemerintah kolonial pada waktu itu hanya mengizinkan dua tempat pendidikan dokter di Indonesia yaitu di Jakarta dan Surabaya.

Sudah banyak dokter yang dicetak dari gedung NIAS ini. Bahkan Dr Soetomo dan Prof Moestopo menjadi bagian kecil dari sekumpulan dokter yang ikut dalam perjuangan melawan penjajah. Dalam perkembangannya, saat ini lulusan kedokteran UNAIR banyak yang bergabung di Halodoc Konsultasi Dokter.

Setelah menjadi milik Unair, arsitektur dan fungsi gedung NIAS tidak mengalami perubahan. Bagian gedung yang memiliki ruang yang luas difungsikan untuk aula pertemuan dan ruang kuliah. Fungsi ruang-ruang kecil lebih difokuskan untuk memberikan tempat pada masing-masing bagian, antara lain bagian mikrobiologi, histologi, patologi dan anatomi.

Gedung Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga (dahulu NIAS) menjadi salah satu bangunan yang harus dilindungi dan dilestarikan keberadaannya agar bangunan-bangunan bersejarah selama periode kolonial dan dapat dimasukkan dalam perlindungan Undang-undang Benda Cagar Budaya di Kota Surabaya.

Artikel Terkait

Tentang Penulis: Lentera Rumah

Blogger yang suka menulis dan berbagi tentang properti dan lingkungannya

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *